Kado Prestasi dari Hati Pak Hary

Source by Google

“ Kamu tu perhatian banget ya mikirin murid-muridnya buat melanjutkan pendidikan????”

Sekali dua kali si ngga masalah dengar pernyataan model begini. Tapi lama-lama ngga nyaman juga karena buntut-buntutnya   ada kalimat “ rajiiin bangettt..guru teladan niiiih… ?” kesannya kok jadi seperti saya mengejar pujian. Padahal memikirkan anak-anak yang melanjutkan pendidikan itu lebih dulu dilakukan oleh bapak guru saya terhadap saya dan teman-teman sekitar 14 tahun yang lalu.

Beliau adalah Bapak Hary, seorang guru olahraga yang juga pembina kesiswaan di SMP saya dulu. Sebagai seorang guru olahraga tentunya beliau tidak bisa berkontribusi memberikan tambahan pelajaran pada siswa untuk menghadapi ujian nasional. Tapi bukan berarti beliau tidak bisa berkontribusi membantu siswa untuk bisa diterima di sekolah lanjutan.

Sistem penerimaan siswa baru di tingkat SLTA masih menggunakan nilai ujian nasional sebagai acuan. Namun masih memungkinkan ada tambahan poin jika siswa yang bersangkutan memiliki prestasi atau piagam kejuaraan baik akademik maupun non kademik mulai dari tingkat kabupaten sampai tingkat internasional.  Hal inilah yang membuat pak Hary mengumpulkan siswa kelas 3 untuk diseleksi dan mengikuti lomba Gerak Jalan di tingkat kabupaten. Biasanya siswa kelas 3 sudah tidak diperkenankan mengikuti perlombaan di luar sekolah karena sudah difokuskan untuk persiapan ujian nasional. Beruntung event gerak jalan ini diadakan di awal tahun, jadi masih memungkinkan untuk diikuti oleh kelas 3, lagipula di moment Agustusan memang kegiatan belajar mengajar belum terlalu kondusif.

Akhirnya terbentuklah satu tim gerak jalan, termasuk saya ikut di dalamnya. Kita biasanya latihan di sore hari, lepas jam sekolah. Kebetulan rumah pak Hary tidak jauh dari lapangan tempat kami biasa berolahraga. ( SMP kami tidak punya lapangan di area sekolah, karena letak geografis yang di pinggir jalan dan tidak memungkinkan perluasan ke kanan dan kiri, maklum daerah padat penduduk).

Kami biasanya berkreasi sendiri untuk memikirkan variasi barisan. Pak Hary tinggal melihat hasilnya dan memberikan masukan. Untuk hal-hal yang berkaitan dengan tata aturan baris berbaris, pak Hary turun tangan sendiri mengajarkannya. Tidak jarang kami mendapat teguran karena masih salah dan belum sesuai aturan. Misalnya saja untuk langkah tegak, tangan harus lurus, pandangan ke depan, langkahnya harus dihentakkan dan sebagainya. Belum lagi bab belok kanan, belok kiri caranya harus seperti pasukan pengibar bendera yang ada di istana merdeka. Ketika kami terlihat mulai lelah dan tidak bersemangat, pak Hary menyemangati dengan cara menceritakan  kakak –kakak kelas kami yang berhasil masuk di sekolah favorit dengan piagam prestasi. Pak Hary berharap kami bisa menang, dan piagamnya nanti bisa memberikan nilai tambahan untuk kami yang ingin masuk sekolah lanjutan baik SMA maupun SMK. Ini bukan hanya untuk kebanggaan sekolah, tapi juga untuk kebaikan kami sendiri.

Tiba di hari perlombaan, kami mengenakan topi dasi, seragam, kaos kaki bahkan merk sepatu yang sama, karena memang sengaja diseragamkan.  Ini pertama kali bagi kami ikut lomba gerak jalan di tingkat kabupaten, biasanya hanya tingkat kecamatan denga rute yang lebih pendek. Pasukan cadangan juga sudah disiapkan untuk berjaga-jaga kalau-kalau ditengah jalan ada yang kelelahan bahkan pingsan. Pak Hary sendiri mengikuti kami dari belakang, berjalan bersama pasukan cadangan, sembari mengingatkan untuk konsentrasi dan jaga kekompakan. Sampailah perjalanan  di POS pertama POS tamu kehormatan. Pastilah di sini semua pserta lomba akan melakukan langkah tegak disertai penghormatan. Entah apa yang salah, langkah kami di pos satu ini begitu kacau, yang depan begitu pelan, yang belakang langkahnhya sperti tertahan, karenan terlalu dekat dengan barisan di depannya. Sungguh kami gagal di POS satu ini. Selang beberapa  menit dari POS 1 ini pak Hary memberi isyarat pada pemimipin barisan untuk menghentikan pasukan. Langsung saja pak Hary memberi koreksi atas kesalahan di POS 1. Bukan memarahi, hanya sebuah koreksi kenapa kesalahan tadi bisa terjadi, dan bagaimana caranya mengantisipasi jika terjadi lagi. Pak Hary mengatakan kami masih punya kesempatan di POS berikutnya “ Jangan menyerah, belum tentu yang lain tidak salah” begitu katanya sambil memberikan minum dan permen pada satu persatu dari kami yang masih dalam barisan dalam posisi istirahat di tempat.

Kami melanjutkan perjalanan melewati pos-pos berikutnya, banyaknya penonton di pinggiran jalan memunculkan dukungan yang tak pernah ada sewaktu latihan. Begitu total, tanpa beban kami melenggang menunjukkan variasi barisan yang sudah dipersiapkan selama latihan, terutama ketika melintas di depan SMA- SMA favorit yang sering diceritakan pak Hary. Riuh tepuk tangan penonton termasuk siswa siswi SMA tadi seakan melupakan bahwa di POS 1 tadi kami melakukan kesalahan.

Kami pulang dengan rasa bangga telah mnyelesaikan start sampai finish, dengan menunjukkan apa yang telah dipersiapkan selama latihan, tidak ada yang terlewatkan.

Selang beberapa minggu dari perlombaan kabar pengumuman datang, dan kami meraih juara II. Alkhamdulillah…lelah selama berhari hari latihan terbayar sudah, karena bisa memboyong piala beserta sertifikat untuk masing-masing peserta. Pak Hary mengatakan bahwa meskipun belum juara I, tapi prestasi ini sudah hebat, satu kesalahan di POS 1 itu kemungkinan yang membuat kami tidak bisa jadi juara I. Tapi tidak apalah, setidaknya kita tidak pulang dengan tangan kosong.  Dan benar adanya piagam dari perlombaan itu memang bisa digunakan untuk menambah skor saat mendaftar di SMA. Persaingan nilai dengan sistem eliminasi bagi yang tidak masuk kuota itu memang sangat ketat. Selisih skor satu dengan yang lain sangat tipis.  Beberapa temanku hampir tereliminasi dari nominasi, tapi kemudian tertolong dengan tambahan skor dari piagam prestasi. Sementara yang lain menjadi lega , karena tambahan skor dari piagam itu membuat posisi rangking mereka naik, dan jauh dari zona tidak aman. Itulah pak Hary memikirkan sejauh itu untuk kami, siswa siwi yang sering sekali membuatnya emosi. Tak hanya pada kami, tapi juga pada angkatan sebelum kami dan mungkin setelah kami. Dulu bisa masuk SMA Taruna Nusantara adalah sebuah kebanggan karena kualitas lulusannya, dan juga karena sekolah di sana itu gratis. Jika ada siswa yang memiliki prestasi akademik bagus, postur tubuhnya memenuhi ketentuan, kemudian berminat melanjutkan di SMA Taruna Nusantara,maka  pak Hary akan membimbing mereka melatih tata aturan baris berbaris dan sebagainya agar bisa lolos seleksi di SMA Taruna Nusantara. Beberapa kakak kelas berhasil diterima di SMA Taruna Nusantara, termasuk juga putra pak Hary.

Source by Google

Itulah Pak Hary.. tanggung jawabnya sebagai guru tidak hanya selesai sampai membuat siswanya LULUS. Tapi lebih dari itu beliau memikirkan keberlangsungan siswanya melanjutkan pendidikan. Pak Hary bukan wali kelas, bukan juga guru BK, tapi begitu peduli pada siswanya. Meski terkenal tegas tapi kepeduliannya lintas batas. Pak Hary adalah guru olahraga, yang juga mengajarkan olahrasa pada siswanya. Terimakasih pak Hary untuk kado prestasi dari hati.

Author:

Tidak banyak yang saya minta hanya sebuah pengertian saja..

7 thoughts on “Kado Prestasi dari Hati Pak Hary

  1. Jasamu tiada berganti
    Namun tanpa rasa payah
    Dia memimpin tanganku
    Melangkah satu persatu
    Dan mencipta jejak impian
    Menjadikan arahku jelas
    Aku harus ke hadapan
    (in-team, lilin seorang guru)

    Like

Leave a comment